Kamis, 27 Oktober 2011

Kunjungan ke Taman Sari Yogyakarta

Kunjungan ke Taman Sari Yogyakarta


Hari jumat tanggal 3 maret 2010 kami jalan-jalan ke taman sari. Untuk pertama kalinya kami berkunjung kesana selama tinggal di Yogyakarta kurang lebih tiga tahun. Kami disana ditemani oleh guide yang menemani kami keliling komplek taman sari dan menceritakan sejarah dan fungsi taman sari.

Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogyakarta dan keluarganya. Berfungsi sebagai tempat tetirah dan bersemadi Sultan beserta keluarga. Disamping sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan selalu memiliki komponen pertahanan. Letak Tamansari hanya sekitar 500 meter sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus.

Pada masa lalu, bangunan Tamansari merupakan laut buatan yang airnya diambilkan dari Sungai Winongo di sebelah Barat Pesanggrahan Tamansari. Air dialirkan ke Segaran yang merupakan tempat pengumpulan dan pengaturan air, guna mengisi kolam melalui parit-parit buatan. Kondisi lahan yang lembab menyebabkan kesuburan tanah meningkat di sekitar Pesanggrahan Tamansari. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kebun-kebun buah dan bunga di lokasi tersebut. Penamaan tersebut masih dapat ditelusuri hingga sekarang antara lain: kebun mangga, kebun nanas, kebun sirih, kebun durian, kebun sirih, kebun pandanwangi, kebun cengkeh, kebun jambu air, kebun kelapa, kebun sukun, kebun pala, kebun delima, kebun bunga-bunga, kebun sayuran, kebun sayuran sebrang, kebun gladen (latihan perang), dll. Pengunaan dan penamaan kebun buah-buahan, bunga, dan sayur-sayuran lebih menekankan lagi arti sebenarnya Tamansari. Penamaan tersebut masih dapat ditelusuri pada peta Istana Air Tamansari yang dibuat oleh Groneman tahun 1885.

Kompleks Pesanggrahan Tamansari sebenarnya memiliki gugusan yang teratur rapi seperti halnya gugusan Kraton Yogyakarta Hadiningrat. Pintu gerbang Tamansari sekarang (untuk pariwisata) yang terletak di Jalan Tamansari sebenarnya merupakan bagian belakang pesanggrahan bernama Gerbang Kenari. Gerbang utama yang sebenarnya (Gapura Pagelaran) terletak di sebelah barat Pesanggrahan Tamansari yang sekarang telah hilang dan menjadi perumahan penduduk. Dahulu, bangunan Gapura Pegelaran terdapat ruangan penjagaan serta sepasang gardu yang berfungsi sebagai baluwer atau bastion yang digunakan sebagai tempat pengintaian. Pada pangunan tersebut juga ditempatkan dua buah meriam.

Sebelah timur gapura adalah Balai Pasewakan atau tempat menghadap sultan. Bangunan ini terletak pada suatu halaman yang berbentuk segidelapan beraturan, tetapi bangunan tersebut tidak ada bekasnya karena kini sudah menjadi perkampungan dan bangunan sekolahan.

Sebelah timur Balai Pasewakan adalah Gapura Agung Tamansari yang sampai sekarang masih dapat dilihat keindahannya. Gapura Agung merupakan gapura kurung dengan empat buah ruangan di dalamnya serta altar atas tempat pengawasan para prajurit. Setelah melewati Gapura Agung maka akan berhadapan dengan bangunan Gedong Lopak-lopak yaitu bangunan bertingkat yang terletak di halaman segidelapan di sebelah timur Gapura Agung. Bangunan ini sekarang sudah tidak ada dan hanya menyisakan pot-pot bunga yang besar yang dahulu sebagai penghias sekeliling bangunan Gedong Lopak-lopak. Pada halaman segidelapan tersebut terdapat lorong ke utara yang menghubungkan dengan pemandian para prajurit jaga, lorong ke selatan yang menghubungkan ke kebun buah dan bunga yang sepanjang lorongnya dihiasi dengan pot buang besar di kanan kirinya. Lorong atau jalan ke timur dihubungkan dengan bangunan petirtaan atau Taman Umbul Binangun yang terdiri atas tiga buah kolam dan sebuah menara yang diperuntukkan bagi Sang Sultan Yogyakarta Hadiningrat. Kompleks bangunan Taman Umbul Binangun ini dapat dinikmati secara utuh arsitektur bangunannya. Komplek ini telah beberapa kali mengalami pemugaran. Lokasi ini sekarang menjadi pusat kunjungan jika berwisata ke Pesanggrahan Tamansari selain Sumur Gumuling dan Pulo Kenongo di sebelah utaranya. Sebelah Timur Taman Umbul Binangun terdapat Gedong Sekawan yang berfungsi sebagai tempat istirahat para istri dan keluarga raja. Halaman Gedong Sekawan ini juga berbentuk segidelapan.

Sebelah timur Gedong Sekawan terdapat Gedong Gapura Panggung yang merupakan gerbang bertingkat, hampir sama dengan Gapura Agung. Setelah Gapura Panggung akan dapat dijumpai Gedong Temanten yang digunakan sebagai tempat istirahat istri dan keluarga raja dan merupakan bangunan belakang dari Pesanggrahan Tamansari.

Sebelah selatan Kompleks Umbul Binangun terdapat Kompleks Taman Umbul Sari, Gedong Blawong, dan Pesarean Taman Ledok Sari. Bangunan ini merupakan satu garis lurus dari selatan ke utara yang berfungsi sebagai pemandian dan tempat beristirahat Raja Yogyakarta dan permaisurinya. Selain bangunan tersebut juga terdapat pondokan untuk abdi dalem Pesanggrahan Tamansari.

Sebelah Utara Kompleks Taman Umbul Binangun terdapat bangunan Pulo Kenongo yang oleh masyarakat disebut Pulo Cemeti yang merupakan bangunan bertingkat. Bangunan ini memiliki banyak kamar dan bagian atas terdapat ruang terbuka untuk melihat pemandangan di sekitar Kraton Yogyakarta.

Sebagian besar bangunan di Pesanggrahan Tamansari sudah dipadati oleh rumah penduduk, tetapi dinding-dinding bangunan lama masih bisa dirunut posisinya. Satu hal yang patut dipuji bahwa masyarakat tidak menghancurkan dinding-dinding lama di Komplek Tamansari tetapi membiarkan hingga hancur sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sisa-sisa bangunan lama yang saling berhimpit dengan tembok rumah yang dibangun kemudian, walaupun hanya menyTerletak di Kampung Taman, 500 m sebelah selatan kompleks Keraton Yogyakarta, dibangun pada 1578, dengan luas total 12,6 hektar. Area antara tenggara taman sampai perempatan kota disebut Kampung Segaran yang merupakan danau buatan. Area ini sekarang dinamakan Suryoputran. Setiap Sultan mengunjungi taman, beliau mendayung perahu melewati jembatan gantung yang disebut Kreteg Gantung yang terletak di depan gerbang istana, wilayah utara atau selatan Kemandungan.

Ada banyak teknologi bangunan tradisional yang bisa dipelajari saat mengunjungi tempat ini. Misalnya cara mengawetkan kayu kusen pintu dan jendela dengan mengoleskan air campuran tembakau, batang pohon pisang, dan cengkeh pada kusen dan daun pintu atau jendela. Tembok asli Taman Sari juga terbuat dari campuran bahan yang bernama bligon. Bligon merupakan materi traditional coating yang terdiri dari campuran pasir, kapur, dan semen merah. Semen merah di sini merupakan hasil tumbukan bata merah, sedangkan kapur yang digunakan adalah gamping. Bligon yang dipakai pada dinding bangunan-bangunan di Taman Sari itu memunculkan warna coklat muda. Selain itu, bisa dilihat bahwa dinding luar yang memagari kolam pemandian dibangun agak condong ke luar. Alasannya agar tidak mudah runtuh oleh gempa. Dapur yang dipakai memasak makanan untuk Sultan juga menunjukkan teknologi kearifan lokal yang mengagumkan. Tak ada unsur kayu sama sekali untuk menghindari bahaya kebakaran. Selain itu sistem pembuangan limbahnya dibuat sedemikian rupa sehingga dapur tidak kotor atau berbau. Kompor yang dipakai hampir mirip dengan tempat tidur Sultan, yakni berupa meja tembok yang dibawahnya ada rongga untuk perapian. Jika meja tembok sudah panas, panci-panci akan diletakkan diatasnya untuk mematangkan makanan.

Kita sebagai pewaris budaya bangsa wajib menjaga dan tidak merusak. Serta mampu mengambil hikmah atau pelajaran dari hasil seni budaya yang telah ada untuk membangun peradaban yang lebuh baik.


MODEL PEMBELAJARAN RECEPTION LEARNING DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN PAI

MODEL PEMBELAJARAN RECEPTION LEARNING DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN PAI


A. Teori Reception Learning

Teori kognitif menekankan belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori Kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah. Teori kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan factor-faktor lain.

David Ausabel adalah orang yang satu-satunya mengkritik discovery learning. Dia mempersoalkan bahwa siswa tidak selalu tahu apa yang penting atau relevan, dan banyak siswa membutuhkan motivasi eksternal dalam melakukan tugas-tugas kognitif yang diperlukan untuk belajar apa yang diajarkan di sekolah. Menurutnya, faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui siswa. Ia memberikan alternatif model pengajaran yang disebut reception learning. Teori ini menyarankan agar guru menyiapkan situasi belajar, memilih materi-materi yang tepat untuk siswa, dan kemudian menyampaikannya dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari umum ke hal-hal yang lebih terperinci. Inti dari pendekatan ini adalah expository teaching, yaitu pengajaran yang sistematis dengan penyampaian informasi yang bermakna.

Peranan guru dalam discovery learning dan reception learning sangat berbeda, tetapi memiliki beberapa pokok atau motif yang sama, yaitu:

i. Keduanya menganjurkan siswa agar aktif terlibat dalam proses belajar

ii. Keduanya menekankan cara membawa pengetahuan siswa yang telah ada sebelumnya untuk digabungkan dengan pelajaran baru.

iii. Keduanya mengansumsikan bahwa pengetahuan, suatu ketika secara perlahan-lahan dan terus-menerusakan berubah didalam pikiran siswa

Berisi 3 prinsip tahap penyampaian pelajaran, yaitu:

Presentation of advance organizer

Pengatur awal mengarahkan para siswa pada materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan, dan dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. The advance organizer berhubungan dengan ide-ide yang disampaikan dalam suatu pelajaran untuk memberi informasi kepada siswa yang telah siap dalam pikiran mereka, dan memberikanskema organisasi yang luas dalam bentuk iinformasi yang lebih khusus. Keterangan lebih lanjut tentang pengatur awal(advance organizer). Belajar yang berarti pada umumnya terjadi ketika ada potensi yang cocok antara schemata(organisasi mental yang memungkinkan adanya penyesuaian diri tertentu kepada lingkungan), siswa, materi yang dipelajari. Untuk membuatnya lebih cocok, suatu pelajaran yang mengikuti strategi Ausubel selalu dimulai dengan suatu advance organizer(pengoranisasian awal), yaitu suatu pernyataan dengan memperkenalkan konsep tingkat tinggi yang cukup luas untuk mencakup informasi yang akan mengikuti. Advance organizer dapat mengambil tiga bentuk berbeda, yaitu definisi dari suatu konsep, generalisasi atau analogi yang dibandingkan, dengan materi baru dengan beberapa contoh yang dikenal baik

Presentation of learning task or material

Dalam bagian kedua dari suatu pembelajaran dengan materi baru disampaikan dengan memberikan ceramah, diskusi film, atau memberikan tugas kepada siswa. Ausubel menekankan kebutuhan untuk mempertahankan perhatian siswa sama baiknya dengan kebutuhan dalam mengorganisasi materi pelajaran secara jelas untuk berhubungan dengan susunan yang telah direncanakan dalam advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebutprogressive differentiation, dimana suatu kemajuan langkah demi langkah dari konsep umum ke konsep khusus.

Strengthning cognitive organization

Dalam fase ketiga dari pelajaran Ausubel ini, guru disarankan mencoba untuk menggabungkan informasi baru kedalam susunan pelajaran yang sudah direncanakan untuk pelajaran permulaan dengan mengingatkan siswa bagaimana setiap rincian khusus yang berhubungan dengan gambar yang besar. Siswa juga ditanya untuk melihat, apakah mereka telah mengerti pelajaran yang disampaikan guru dan dapat menghubungkan pelajaran tersebut dengan pengetahuan mereka yang telah ada sebelumnya, serta menghubungkannya dengan organisasi yang ada di advance organizer. Akhirnya, siswa diberi kesempatan untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang akan memperluas pengertian mereka melebihi isi pelajaran yang disampaikan guru.

Tambahan saran untuk pengajaran yang berdasar strategi reception learning, yaitu:

a. mengorganisasi pengajaran sebelumnya dengan suatu cara yang akan mengarahkan dari konsep-konsep yang paling detail

b. merencanakan diskusi kelas dalam waktu yang singkat sebelum menyampaikan mata pelajaran baru kepada siswa, sehingga siswa dapat mengungkapkan latarbelakang informasi yang penting.

Pedoman Menerapkan Ide-Ide Ausubel di Dalam Kelas

a. Gunakan advanced organizer

Contoh:

- berikan daftar definisi dari istilah yang paling penting yang akan kita gunakan dalam pelajaran

- jelaskan secara singkat konsep penting yang akan didiskusikan dalam kelas

b. Gunakan sejumlah contoh

Contoh:

- dalam kelas ilmu pengetahuan, edarkan gambar yang menunjukkan sejumlah contoh binatang atau tanaman yang akan didiskusikan

- dalam kelas agama, dapat memberikan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari

c. Fokuskan pada persamaan dan perbedaan

Contoh:

- Dalam kelas sejarah, tanyakan kepada siswa perbedaan dan persamaan antara negara Utara dan Selatan sebelum Perang Dunia II

d. Sampaikan materi dalam suatu cara yang terorganisasi

Contoh:

- Gunakan diagram sederhana sewaktu-waktu jika memungkinkan

- Mulailah pelajaran dengan suatu tinjauan lebih dahulu. Kemudian berilah kesimpulan pada setiap bagian hal-hal penting, dan akhiri dengan kesimpulan umum.

e. Berikan motivasi belajar materi yang dapat dipelajari dengan lebih berarti

Contoh:

Ketika siswa memberikan jawaban dari buku, tanyakan kepada mereka untuk menjawab dengan kata-katanya sendiri atau memberikan contoh

Meliputi kegiatan yang dapat memberikan kesempatan pada siswa dalam menjelaskan ide satu sama lain

Teori Ausubel dalam aplikasinya menuntut siswa belajar secara deduktif (dari umum ke khusus). Hal lain yang membedakan, Burner lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Ausubel lebih menekankan pada aspek struktur kognitif siswa.

Satu konsep penting dalam teori Ausubel adalah “Advance Organizer” (AO). AO adalah suatu gambaran singkat (bersifat visual atau verbal) yang mencakup isi pelajaran barau yang akan dipelajari siswa. AO berfungsi sebagai (1) kerangka konseptual yang menjadi titik tolak proses belajar yang akan berlangsung; (2) penghubung antara ilmu pengetahuan yang saat ini dikuasai siswa dengan ilmu baru yang akan dipelajari; (3) fasilitator yang membantu mempermudah proses belajar siswa. Secara umum, teori Ausubel dalam praktik adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional.

2. Mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif), baik melalui tes awal, interview, review, pertanyaan, dan lain-lain.

3. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci.

4. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi tersebut.

5. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.

6. Membuat dan menggunakan “advance organizer”, paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukan relevansi (keterkaitan) materi yang sudah diberikan itu dengan materi baru yang akan diberikan.

7. Mengajari siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan, dengan memberi focus pada hubungan yang terjalin antara konsep-konsep yang ada.

8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

B. Perencanaan Proses Pembelajaran PAI

Pengertian Proses Pembelajaran

1. Proses

a. Proses adalah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu.[1]

b. Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari awal sampai akhir.[2]

Dari batasan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses adalah suatu perubahan yang langsung dari awal hingga akhir secara terus menerus yang saling berkaitan atau berhubungan dalam suatu ikatan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata "ajar" yang mendapat awalan "ber" sehingga terjadi kata pembelajaran[3]. Dalam proses selanjutnya, bentuk baru ini mendapat awalan "pe" dan akhiran "an" yang berarti kata benda abstrak dari kata kerja asal.

Dilihat dari asal kata pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berasal dari kata belajar, yang ditambahkan afiks awalan pe dan afiks akhiran an, yang dasarnya dari kata ajar. Dari segi arti, kata ini kemudian mengandung proses atau peristiwa dari kata kerja tersebut. Dengan kata lain istilah pembelajaran mengandung arti suatu proses yang berhubungan dengan belajar. Melihat dari arti menurut asal kata di atas, maka dapat dikemukakan tentang pengertian pembelajaran itu sendiri. Mengenai ini, ada beberapa orang ahli berpendapat yang berbeda, di antaranya:

a. Harjanto dalam bukunya Perencanaan Pengajaran, mengatakan bahwa pembelajaran berasal dari bahasa Asing, yaitu instruction yang diterjemahkan menjadi "pembelajaran atau pengajaran" dan "bahan intruksi". Bertolak dari konsep tersebut, istilah "sistem instruksional" digunakan untuk menunjukkan suatu "proses belajar mengajar" atau "proses pengajaran" atau lebih tepat lagi proses pembelajaran.[4]

b. Chalijah Hasan, mendefenisikan bahwa: "proses pengajaran adalahberjalannya suatu pengajaran dengan suatu susunan dari beberapa bagian dari suatu bahan pelajaran yang merupakan satu kesatuan yang berhubung-hubungan".[5]

Istilah pembelajaran merupakan istilah lain dari proses belajar mengajar yang mempunyai arti dan ruang lingkup yang lebih mendalam. Istilah ini lebih dikhususkan untuk mengembangkan proses belajar mengajar. Pembelajaran adalah suatu kata yang pengertiannya sama dengan pengajaran. Kedua kata tersebut hanya berbeda dari segi penulisan dan dari kata yang dipergunakan, sedangkan makna yang dikandungnya tetap sama. Hanya saja kata pembelajaran ini merupakan istilah popular yang sekarang digunakan dalam dunia pendidikan. Untuk memudahkan dalam memahami apa yang dimaksud dengan pembelajaran atau pengajaran, di bawah ini akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli pendidikan yang mencoba mendefinisikannya dengan istilahlama yaitu pengajaran.

Dalam Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum yang disusun oleh M. Sastrapradja menyatakan: "pengajaran adalah cara mengajar ataumengajarkan".[6]

Oemar Hamalik juga menambahkan bahwa: "pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran".[7]

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan guru, siswa dan komponen lainnya dalam proses pembelajaran yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dengan adanya komponen-komponen pembelajaran di atas, maka seorang guru kiranya mampu memungkinkan terciptanya situasi yang tepat, sehingga memungkinkan pula terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.[8]

B. Proses Pembelajaran PAI

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Pendidikan Agama Islam di SMA/MA bertujuan untuk:

  1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
  2. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.[9]

Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru menyatakan: “bahwa ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan tahap penilaian/evaluasi”.[10]

1. Perencanaan Pembelajaran

Menurut Kaufman mengungkapkan: “perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai”.[11] Hal senada diungkapkan pula oleh Philip Commbs: “perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.[12]Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran adalah suatu persiapan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Perencanaan pengajaran dalam proses pembelajaran merupakan suatu hal yang dapat membantu para pengelola pendidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya. Maksudnya dapat menolong pencapaian suatu sasaran atau tujuan secara lebih mudah karena dapat dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu perencanaan merupakan tahapan pertama dalam proses pembelajaran pada umumnya yang menempati posisi yang amat penting dan sangat menentukan.

Pada tahap pesiapan atau perencanaan ini seorang guru harus mempunyai persiapan sebelum proses pembelajaran berlangsung agar proses pembelajaran yang dilaksanakan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien dan dapat diberikan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Menurut Sriyono, dkk., dalam bukunya Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, menyatakan: “Perencanaan proses belajar mengajar berwujud dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi rumusan tujuan pengajaran (tujuan instruksional), bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode, dan alat bantu mengajar serta penilaian”.[13] Seorang guru yang akan mengajarkan pelajaran harus memikirkan hal-hal apa yang harus dilakukan serta menuangkannya secara tertulis dalam perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan merumuskan program tahunan, program semester, analisis materi pelajaran, pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, program remedial dan program pengayaan. Kemudian merumuskan bahan pelajaran yang akan diajarkan. Bahan pelajaran tersebut harus diatur agar memberi motivasi pada siswa untuk aktif dalam belajar. Setelah proses pembelajaran ditetapkan dan diurutkan secara sistematis sehingga memberi peluang adanya kegiatan belajar bersama atau perorangan. Penggunaan alat bantu dan metode mengajar diusahakan dan dipilih oleh guru agar menumbuhkan semangat siswa. Perumusan perencanaan pembelajaran yang terakhir tentang penilaian yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang problematis, sehingga menuntut siswa untuk berpikir secara optimal dan jika perlu diberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan di kelas atau di rumah. Peranan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam proses pembelajaran bukan semata-mata tuntutan administrasi guru, melainkan bagian penting dari praktek pengajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang optimal. Pemikiran-pemikiran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus secara konsekuen dipraktekkan pada waktu guru mengajar.

Dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Adapun program semester dapat ditempuh dengan menghitung hari dan jam efektif selama satu semester serta membagi alokasi waktu berdasar pada program tahunan. Agar proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dan murid dapat berjalan secara efektif dan efisien seyogyanya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tujuan pengajaran.

b. Ruang lingkup dan urutan bahan yang diberikan.

c. Sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki.

d. Jumlah anak didik yang akan mengikuti pengajaran.

e. Waktu jam pelajaran yang tersedia.

f. Sumber bahan penagajaran yang bisa digunakan dan sebagainya.[14]

Dalam persiapan/perencanaan mengajar, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh guru. Faktor tersebut sebagai penentu dalam pemilihan proses

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan (pengetahuan, keterampilan, nilai yang ingin dicapai).

b. Isi mata pelajaran.

c. Siswa (usia, kemampuan, latar belakang, motivasi dan sebagainya).

d. Pengajar (filosofinya tentang pendidikan, kompetensinya dalam teknik mengajar, kebiasaannya dan sebagainya).

e. Ekonomi administrasi (ketersediaan alat-alat atau dana untuk pengadaannya, waktu persiapannya, besar kelas, jumlah ruangan, dan banyak jam pertemuan yang tersedia).[15]

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan yang kedua dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pengajaran hendaknya guru bepedoman pada persiapan yang dibuat dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik serta bahan pelajaran sebagai perantara. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran ini peranan guru merupakan pengendali.

Pada prinsipnya pelaksanaan pengajaran berpegang pada yang tertuang dalam perencanaan, namun situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap situasi yang dihadapi. Di samping itu guru harus melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Interaksi edukatif adalah proses berlangsungnya situasi tertentu dan interaksi pendidik dengan peserta didik untuk saling berkomunikasi dengan disengaja dan dan direncanakan.[16]

Dalam interaksi edukatif atau proses pembelajaran ada keterkaitan antara guru dengan siswa yang bertugas untuk belajar dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan apa yang dicita-citakan.

Adapun fungsi dan peranan guru dalam proses pembelajaran ada tiga yaitu:

a. Berfungsi sebagai pengajar

Sebagai pengajar seorang guru diharapkan menyediakan situasi dan kondisi belajar untuk siswa dalam interaksi belajar mengajar.

b. Berfungsi sebagai pemimpin

Sebagai seorang pemimpin ia harus bersifat demokratis, ia harus mendengarkan pendapat orang lain, keluhan, pikiran, ide muridnya serta bersedia bekerjasama, saling mengerti dan toleransi.

c. Berfungsi sebagai pengganti orang tua

Seorang guru di sekolah berfungsi sebgai wakil orang tuanya (siswa) maksudnya di dalam interaksi belajar mengajar, guru bersikap sebgai orang tua terhadap anaknya, sehingga interaksi akan berjalan dengan suasana yang menyenangkan. Suasana yang demikian sangat mendorong berhasilnya siswa waktu belajar.[17]

Dari pendapat tersebut dapat dilihat besarnya peranan guru dalam membantu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga pemerintah memberikan suatu penghargaan kapada guru dengan mengadakan pemilihan guru teladan di tingkat daerah maupun nasional guna meningkatkan kualitas diri.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah:

a. Tujuan.

b. Bahan pelajaran.

c. Kegiatan belajar mengajar.

d. Metode.

e. Alat.

f. Sumber pelajaran.

g. Evaluasi.[18]

Dalam pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru, yaitu tahap pra instruksional, tahap instruksional dan tahap evaluasi atau tindak lanjut:

a. Tahap Awal (Tahap pra instruksional)

Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar, yang meliputi:

1) Mengabsen siswa.

2) Menanyakan batas pembahasan sebelumnya.

3) Mengajukan beberapa pertanyaan mengenai bahan pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya.

4) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai pelajaran yang belum dimengerti dari pelajaran yang telah lalu.

5) Mengulang pelajaran yang telah lalu secara singkat namun mencakup semua aspek yang telah dibahas sebelumnya.[19]

Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjono perlu dilakukannya tahap ini karena bertujuan untuk:

1) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas yang akan dihadapi.

2) Memungkinkan siswa untuk mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan.

3) Siswa dapat mengetahui pendekata-pendekatan yang digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran.

4) Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajarinya.[20]

Hal ini sama dengan tujuan pokok membuka pelajaran yang dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman:

1) Menyiapkan mental siswa agar siap memasuki persoalan baru

yang dihadapi atau dipelajari.

2) Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.[21]

b. Tahap Inti (Tahap instruksional)

Yaitu tahap penyampaian pelajaran atau tahap inti. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan tugas bagi seorang guru dalam menyalurkan ilmu pengetahuan, yang meliputi:

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.

2) Mengemukakan pokok materi yang telah dibahas.

3) Menjelaskan pokok-pokok materi yang telah dikemukakan.

4) Memberi contoh yang konkrit pada setiap pokok materi yang dibahas, dan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman pada setiap pokok-pokok materi yang telah dibahas.

5) Menggunakan alat bantu atau media pembelajaran untuk memperjelas keterangan setiap pokok materi yang dibahas. Alat atau media ini digunakan dalam empat fase, yaitu:

a) Pada saat guru menjelaskan materi pokok kepada siswa.

b) Pada saat guru menjawab pertanyaan siswa, sehingga jawaban akan lesih jelas.

c) Pada saat guru mengajukan pertanyaan atau memberikan tugas kepada siswa.

d) Digunakan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan saat mengerjakan tugas yang diberikan guru.

6) Menyimpulkan semua pokok materi yang telah dibahas.[22]

c. Tahap Akhir (Tahap evaluasi atau tindak lanjut)

Tahap yang terakhir ini adalah tahap evaluasi atau tindak lanjut. Tahap ini bertujuan untuk mengatahui tingkat keberhasilan siswa pada tahap sebelumnya, yaitu pada tahap instruksional. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1) Mengajukan beberapa pertanyaan terhadap materi yang telah diberikan.

2) Guru mengulang atau menjelaskan kembali materi pokok pelajaran yang telah diberikan, apabila pertanyaan yang diajukan guru belum dapat dijawab kurang dari 70% di antara siswa.

3) Guru dapat memberikan tugas pekerjaan rumah yang berhubungan dengan materi pokok guna memperkaya pengetahuan dari pemahaman siswa akan materi tersebut.

3. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Karena itu harus dilakukan oleh setiap guru sebagai bagian dari tugasnya. Secara umum penilaian hasil belajar merupakan evaluasi hasil belajar dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar siswa dalam program pendidikannya yang telah dilaksanakan. Untuk itu diperlukan alat evaluasi yang disusun menurut langkah kerja yang teratur.[23]Dengan demikian keberhasilan belajar para siswa hanya dapat diketahui dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Menurut Nana Sudjana: “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil yang telah dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.[24]

Dalam menilai hasil belajar siswa ada beberapa macam evaluasi diantaranya adalah:

a. Evaluasi Fomatif

Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa dengan kata lain penilaian pada akhir rencana pelaksanaan pembelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian indikator yang telah ditentukan dalam setiap rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah satu jangka waktu tertentu yaitu pada akhir catur wulan atau akhir semester. Penilaian seperti ini berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan belajar siswa yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor.

Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Tahap perumusan pembelajaran, yang meliputi aspek sebagai berikut :

a) Metode yang digunakan (ketepatan-sistematika).

b) Penyampaian materi pelajaran.

c) Kegiatan siswa.

d) Kegiatan guru.

e) Penggunaan unsur penunjang.

2) Tahap inti pembelajaran, meliputi:

a) Metode yang digunakan (ketepatan-sistematika).

b) Materi yang disajikan.

c) Kegiatan siswa.

d) Kegiatan guru.

e) Penggunaan unsur penunjang.

3) Tahap akhir pembelajaran, meliputi:

a) Kesimpulan yang dibuat mengenai materi.

b) Kegiatan siswa.

c) Prosedur/ tindak penilaian.

4) Tahap tindak lanjut, meliputi:

a) Kegiatan siswa.

b) Kegiatan guru.

c) Prosedur yang dihasilkan.[25]

C. Implementasi Reception Learning Terhadap Pembelajaran PAI

D. Kesimpulan



[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1120.

[2] J.S. Badudu dan Sultan Muhammad Zain, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 1092.

[3] J. S. Badudu, Pelik-pelik Bahasa Indonesia, (Bandung: CV. Pustaka Prima, 1985), h. 79.

[4] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 52.

[5] Hj. Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Al Ikhlas, 1994), h. 107.

[6] M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya : Usaha Nasional, 1978), h. 12

[7] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), cet. II, h. 57.

[8] Tabrani Rosyan, et.al., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 3.

[9] Standar Kompetensi kompetensi dasar SMA, (Jakarata: Depdiknas, 2005), h. 21.13

[10] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 79.

[11]Harjanto, op. cit., h. 2.

[12] Ibid., h. 6.

[13] Sriyono, et.al.., Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 13.

[14] Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 80.

[15] Ibid., h. 82-83.

[16] Chalijah Hasan, op. cit., h. 65.

[17] Ny. Roestiyah N. K., Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 38.

[18] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarata: Rineka Cipta, 1997), h. 48-59.

[19] Sriyono, et.al., op. cit., h. 92-93.

[20]JJ. Hasibuan dan Moedjono., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 74.

[21] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 1996), h. 23.

[22]Sriyono, et.al., op. cit., h. 93-95.

[23] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti, 1990), h. 260.

[24] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 3.

[25] Oemar Hamalik, op. cit., h. 176-177.